Penyakit sel sabit sebagai salah satu penyebab anak anemia, wajib diwaspadai para orang tua. Foto: Freepik
Hari ini, 19 Juni 2025, adalah Hari Penyakit Sel Sabit Sedunia, di mana penyakit ini menjadi salah satu penyebab anak mengalami anemia yang wajib diwaspadai para orang tua.
Anemia akibat penyakit sel sabit sangat berhubungan dengan jumlah sel darah merah yang kurang akibat sel memiliki bentuk yang tidak normal. Kelainan bentuk ini disebut dengan penyakit sel sabit atau
sickle cell anemia. Berikut adalah 5 fakta-faktanya yang wajib Bunda dan Ayah ketahui!
Di balik bentuknya yang tak biasa
Penyakit sel sabit adalah kondisi di mana bentuk sel darah merah mengalami anomali. Kondisi ini membuat sel darah menjadi kaku dan tidak se-elastis sel darah merah normal.
Sel sabit juga mudah pecah saat melewati pembuluh darah kecil sehingga dapat menyumbat aliran darah di pembuluh kecil. Mengakibatkan kurangnya pasokan oksigen ke berbagai bagian tubuh, sehingga memicu komplikasi pada berbagai organ.
Saat terjadi anemia dan eritrosit (sel darah merah) berjumlah kurang dari batas wajar, tentu menjadi krusial karena dapat menyebabkan kekurangan zat besi, vitamin B12, hingga dapat menimbulkan penyakit kronis.
Dulu berbahaya, kini punya harapan
Setiap tahun, sekitar 500.000 bayi di dunia lahir dengan penyakit sel sabit. Dulu, harapan hidup bagi penderita penyakit ini sangat rendah, hanya sekitar usia 21 tahun saja. Namun berkat kemajuan teknologi di bidang kesehatan, seperti transplantasi sumsum tulang dan pengobatan yang teratur, penderita memiliki harapan hidup hingga berusia 50 tahun bahkan lebih. Terutama jika menjalani gaya hidup sehat dan mendapatkan perawatan rutin.
Coba dulu makanan-makanan ini
Orang dengan kondisi ini membutuhkan lebih banyak zat besi. Dalam seminar media Ikatan Dokter Anak Indonesia bertajuk “Anemia Pada Anak”,
Prof. Dr. dr. Harapan Parlindungan Ringoringo, Sp.A, Subsp.H.Onk(K) dari Unit Kerja Koordinasi (UKK) Hematologi Onkologi IDAI menjelaskan bahwa makanan seperti daging sapi, ayam, ikan, hati ayam sangat membantu penyerapan zat besi hingga 10-15% dari yang diasup.
Buah dan sayuran seperti jus jeruk, pir, apel, mangga, brokoli juga bisa membantu anak terhindar dari anemia. Hindari roti, kafein, susu, kacang-kacangan karena dapat mengurangi penyerapan zat besi.
Bisa mengganggu kemampuan motorik dan kognitif
Kekurangan zat besi juga dapat mengganggu proses
mielinisasi (pembentukan lapisan pelindung saraf) dan penyediaan energi untuk sel otak. Hal ini bisa mengganggu perkembangan motorik, kognitif, perilaku, bahkan pendengaran dan penglihatan anak.
“Bila metabolisme otak terganggu karena retensi zat besi, ini bisa mengganggu proses kognitif, penglihatan, dan pendengaran. Namun ini bisa terjadi ketika sudah terjadi selama 2-3 tahun tanpa penanganan,” ujar dr. Parlin.
Perhatikan kondisi ini
Mencegah lebih baik dari mengobati! Segera periksakan ke dokter jika anak menunjukkan gejala seperti:
- Pusing
- Pucat
- Jantung berdebar
- Terasa mau pingsan
- Sesak napas
- Mudah marah
- Cepat lelah
- Nyeri dada dan persendian
- Penglihatan terganggu
- Memar di tangan dan kaki
Anemia sel sabit adalah kondisi serius yang bisa memengaruhi kualitas hidup anak jika tidak ditangani sejak dini. Pola makan sehat, pemantauan rutin, dan kesadaran orang tua adalah kunci untuk membantu anak tumbuh optimal meski hidup dengan kondisi ini.
Jangan abaikan gejala anemia pada anak ya, Bunda dan Ayah. Konsultasikan dengan dokter dan pastikan kebutuhan zat besi anak terpenuhi setiap hari.
Penulis: Ghina Athaya
Baca juga:
Cegah Stunting, Calon Ibu Jadi Kunci Penting
Bipolar pada Anak, Saat Suasana Hati Bukan Sekadar Masalah Mood
6 Tanda Keseimbangan Balita Tumbuh Normal