Kecanduan gawai bukan lagi masalah sederhana yang bersifat sementara. Jika orang tua tidak waspada dan menyikapi dengan tepat, bisa berubah menjadi gangguan mental serius. Foto: Pexels/ Tima Miroshnichenko
Fakta mengejutkan baru-baru ini diulas kembali oleh beberapa pihak. Data dari Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya pada tahun 2024 silam menunjukkan, sekitar 3.000 anak dan remaja menjalani perawatan di sana sejak Januari hingga Juli 2024. Angka ini terus meningkat hingga tahun ini, bahkan beberapa dokter Spesialis Kedokteran Jiwa dari rumah sakit ternama di Surabaya juga mengaku mendapat banyak pasien anak dan remaja yang mengalami kecanduan gawai.
Dilansir dari instagram Jawapos terbaru (16 April 2025), Ciputra Hospital Surabaya mengaku telah merawat 20 pasien anak dalam setahun dengan penyebab kecanduan gawai, salah satunya harus dirawat inap dan mendapat penanganan khusus karena sudah masuk tahap psikotik (sulit membedakan imajinasi dan realitas) karena kecanduan game. Tak jauh berbeda, data dari RSUD Bhakti Dharma Husada Surabaya juga menunjukkan, terdapat 5 pasien siswa SD dan SMP dalam sebulan yang dirawat karena kecanduan gawai bahkan sampai mengancam melukai orang tuanya. Fakta yang cukup mengejutkan dan tidak bisa dianggap remeh, lho, Bunda dan Ayah.
Waspadai beberapa gejalanya
Kecanduan gawai maupun game online pada anak bisa diwaspadai dari gejala-gejala yang diperlihatkan anak. Di antaranya:
1. Sering asyik main game hingga lupa waktu
Anak bisa berjam-jam main dengan gawainya tanpa menyadari waktu berlalu.
2. Perubahan emosional
Terutama saat anak tidak memegang gawai, anak akan menunjukkan perubahan emosi seperti mudah marah, cemas, gelisah, atau tanda-tanda ketergantungan emosional lainnya yang berkaitan dengan gawai. Pada tahap tertentu, anak bisa berperilaku agresif ketika dilarang atau dibatasi waktu layarnya.
3. Minat beraktivitas fisik dan sosial menurun
Anak lebih memilih bermain gawai daripada main di luar atau berinteraksi dengan teman-temannya.
4. Gangguan tidur
Anak mulai sulit tidur atau tidur terlalu larut karena terlalu lama menatap layar gawainya, terutama sebelum tidur.
5. Prestasi akademik menurun
Biasanya karena anak kesulitan fokus belajar dan terlalu banyak waktu dihabiskan dengan gawai.
6. Keterlambatan bicara dan interaksi verbal
Terutama pada anak usia dini, ketergantungan terhadap gawai atau terlalu sering terpapar layar secara pasif akan menimbulkan gangguan keterampilan berbicara.
7. Keluhan fisik dan mental
Pada tahap tertentu, kecanduan gawai dapat menimbulkan keluhan seperti: mata lelah, gangguan penglihatan, mata kering, sakit kepala, nyeri tangan/ bahu/ leher/ jari-jari/ pergelangan tangan, hingga masalah kesehatan mental akibat penggunaan perangkat elektronik secara berlebihan.
Cegah sebelum anak kecanduan
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah anak usia balita hingga sekolah dasar dari kecanduan gawai, disajikan dalam bentuk poin-poin singkat:
1. Batasi waktu penggunaan gawai
Sesuaikan dengan usia anak, misalnya,
- Anak di bawah 2 tahun tidak terpapar gawai sama sekali
- Anak usia 2–5 tahun maksimal 1 jam per hari
- Anak di atas 5 - 14 tahun maksimal 2 jam per hari (namun untuk anak usia dini hingga prasekolah sebaiknya diawasi konten yang dilihat bahkan lebih baik dibiasakan lebih banyak aktivitas fisik)
2. Ciptakan rutinitas tanpa layar
Buat aturan seperti saat makan, bermain, dan tidur anak harus bebas dari gawai.
3. Libatkan anak dalam aktivitas fisik dan kreatif
Mulai dari menggambar, membaca buku, bermain peran, atau kegiatan di luar rumah.
4. Gunakan gawai sebagai alat edukasi dengan pengawasan
Pilihkan aplikasi atau tontonan yang mendidik dan sesuai usia anak.
5. Berikan teladan penggunaan gawai yang sehat
Jika orang tua membatasi anak memakai gawai, sebaiknya juga menghindari penggunaan gawai berlebihan di depan anak.
6. Bangun komunikasi dan interaksi langsung