Kenali gejala sindrom nefrotik pada anak dan lakukan penanganan secara tepat demi memelihara fungsi ginjal anak. Foto: Freepik
Bagi orang tua, kesehatan buah hati adalah prioritas utama. Salah satu kondisi kesehatan yang mungkin menimbulkan kekhawatiran adalah bocor ginjal atau yang secara medis dikenal sebagai sindrom nefrotik.
Sindrom nefrotik terjadi ketika penyaring kecil dalam ginjal (glomerulus) mengalami gangguan fungsi sehingga terjadi kebocoran. Akibatnya, protein yang seharusnya dipertahankan dalam aliran darah justru terbuang melalui urine dalam jumlah besar.
"Kejadian bocor ginjal ini terjadi pada 1 sampai 17 kasus dari 100.000 anak," ujar anggota Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI),
Dr Ahmedz Widiasta,Sp.A, Subsp.Nefro(K),M.Kes saat menjadi narasumber seminar media IDAI mengenai Sindrom Nefrotik, Selasa (10/7/2025) lalu.
Apa penyebabnya?
Penyebab dari sindrom nefrotik belum diketahui secara pasti dan sedang dalam proses penelitian. Walau belum diketahui secara pasti, penyakit ini bisa dikenali secara cepat, salah satu gejala yang paling awam adalah bengkak pada kelopak mata. Selain itu juga penting bagi para orang tua untuk memerhatikan urine anak secara berkala. Jika volumenya berkurang dan ditemukan busa, segera periksakan ke dokter.
Bisa jadi gagal ginjal
Hati-hati, Bun! Jika anak mengalami sindrom nefrotik, perlu penanganan yang baik dan tepat. Karena jika ginjal terus-menerus dibiarkan kehilangan fungsinya, lama kelamaan ginjal akan sulit menyaring limbah dan cairan berlebih dari dalam tubuh. Ini akan menyebabkan gagal ginjal akut atau penyakit ginjal kronis yang dapat berlanjut menjadi gagal ginjal stadium akhir sehingga memerlukan dialisis maupun transplantasi ginjal.
Cek sedini mungkin
Cara tepat untuk menghindari sindrom nefrotik adalah dengan melakukan tes sedini mungkin. Ada tiga cara untuk melakukan pemeriksaan.
1.Tes darah:
Tes darah dilakukan untuk melihat kadar albumin. Jika kadar albumin dalam darah rendah, dokter akan mengambil tindakan selanjutnya.
Selain itu, tes darah ini juga berguna untuk mengevaluasi fungsi ginjal.
2. Tes urine:
Sindrom nefrotik umumnya terdeteksi melalui tes urine, karena kondisi ini ditandai oleh tingginya kadar protein dalam urine. Untuk diagnosis yang akurat, akan diminta untuk mengumpulkan sampel urine selama 24 jam penuh. Jika hasil tes menunjukkan kadar protein yang tinggi, diagnosis sindrom nefrotik dapat dipastikan.
3. Biopsi Ginjal:
Prosedur ini melibatkan pengambilan sampel kecil jaringan ginjal untuk diperiksa secara detail di laboratorium.
Jangan abaikan perubahan kecil pada tubuh anak. Bengkak pada kelopak mata, urine berkurang dan berbusa bisa jadi sinyal penting. Deteksi dini, pengobatan tepat, dan edukasi orang tua menjadi kunci mencegah dampak serius seperti gagal ginjal. Segera konsultasikan ke dokter jika muncul gejala mencurigakan dan rutin lakukan pemeriksaan fungsi ginjal demi masa depan anak yang lebih sehat.
Penulis : Ghina Athaya
Baca juga:
Ini Alasan Tidur Siang Tidak Bisa Gantikan Tidur Malam, Bund!
6 Hal Penting yang Harus Ada pada Sarapan Anak
Demam Berdarah Selalu Ada, Waspadai Gejalanya Pada Anak